Sabtu, 06 November 2010

CEGAH ANAK HIDUP DI JALAN

Di traffic light timur terminal tirtonadi ketika sore ini aku menghentikan motor yang kunaiki menunggu lampu hijau terdengar suara perempuan memanggil namaku dan melihat seorang perempuan belia mengendong anak kecil usia 1,5 tahun sedang meminta-minta bukan mengamen karena dia tidak membawa alat musik untuk mengamen. Namanya Wiwik, aku jadi teringat tahun 2004 ketika aku masih bekerja sebagai voulentire di sebuah lembaga swadaya masyarakat dan berkecimpung dalam pendampingan anak jalanan dari terminal solo sampai terminal bawen.
6 tahun yang lalu, aku sering singgah dan bermalam diterminal satu keterminal lainnya bercanda dan menemani anak-anak dampingan yang berumur kurang dari 17 tahun mengamen. Kata jalanan terdengar menyeramkan dan berbahaya bagi masyarakat pada umumnya, akan tetapi bagi anak-anak ini jalanan merupakan tempat paling hangat dan menyenangkan.
Bicara dari hati ke hati dengan mereka sangatlah menyenangkan, meskipun bukan mencari kesenangan ketika bersama mereka melainkan mencari sisi celah untuk mengembalikan mereka pada kehidupan normal mereka sebagai anak-anak dengan lingkungan dimana seharusnya mereka sebagai anak-anak berada.
Berbagai program seperti mengembalikan mereka untuk bersekolah, membantu kesulitan belajar mereka, memberikan mereka penyuluhan kesehatan, memberikan program-program keterampilan serta banyak program lainnya yang pada intinya adalah mengupayakan mereka untuk tidak mengambil resiko bekerja dijalanan. Akan tetapi setelah 6 tahun ternyata keberadaan mereka dijalanan bukannya berkurang tetapi semakin tidak terkendali.
Banyak hal yang menjadi faktor penyebab dari keberadaan anak-anak jalanan ini yang dewasa ini semakin tidak terkendali keberadaannya, diantaranya dari hasil pengamatan yang pernah saya  lakukan pada sebuah perkampungan pengamen yang terletak di wilayah kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali hal tersebut dikarenakan:
  1. Terjadi pergaulan bebas didalam dunia mereka. Mereka dapat mempunyai anak tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah. gonta-ganti pasangan sudah biasa diantara mereka. Tahun 2004 di perkampungan bantaran sungai mati di wilayah kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dari data yang saya miliki dari 40 keluarga yang tinggal tak satupun dari anak-anak mereka yang memiliki akte kelahiran hal tersebut terbentur karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki surat nikah. 
  2. Jumlah anak yang terlahir dari tiap hubungan sangat fantastis. Ada saya jumpai ketika melakukan pendataan, satu pasangan melahirkan 17 anak. Hal tersebut terjadi dikarenakan kebanyakan dari mereka ketika melahirkan anak pertama pada usia yang sangatlah muda.
  3. Rendahnya tingkat pendidikan formal orang tua mereka, dari sekian banyak kunjungan rumah yang dilakukan bahkan sampai kota Semarang, tingkat pendidikan orang tua mereka maksimal lulus sekolah dasar bahkan ada sebagian yang buta huruf.
  4. Ketidakharmonisan keluarga. Keretakan keluarga yang berakhir dengan perceraian juga menjadi faktor keberadaan mereka di jalan. Keluarga yang tidak harmonis mengakibatkan mereka tidak betah tinggal di lingkungan keluarga.
  5. Pergaulan/pertemanan. sebenarnya faktor ini juga sebagai akibat dari faktor-faktor sebelumnya terutama faktor ketidak harmonisan keluarga. Hal tersebut mengakibatkan prestasi belajar disekolah yang tidak baik yang selanjutnya menghilangkan motivasi untuk bersekolah kemudian mangkir pada jam pelajaran sekolah, nongkrong di terminal atau tempat-tempat pemberhentian transportasi bertemu dan berteman dengan anak jalanan merasakan kebebasan dijalanan dan akhirnya turut hidup di jalan sebagai anak jalanan atau pengamen.
  6. Kemiskinan. Tingginya biaya hidup dan mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat kalangan bawah terkadang membuat masyarakat dengan penghasilan tidak menentu untuk tidak menuntaskan pendidikan bagi anak-anak mereka.
Dipandang dari usia mereka yang berada pada usia transisi dari anak-anak menuju remaja dan remaja  menuju dewasa dimana pada usia tersebut secara teori merupakan masa seseorang yang memiliki emosi dan ego yang tinggi. perkembangan jaman dengan kemajuan teknologi yang demikian cepat menjadikan tidak ada tembok batas dalam transfer informasi dalam segi budaya terutama gaya hidup. Gaya hidup bebas di negara-negara maju juga menjadi faktor keberadaan mereka dijalalan yang dewasa ini sering kita jumpai anak-anak muda yang berjalan bergerambol dengan gaya rambut dan mode pakaian ala riders-riders  ataupun jenis  musik punk dinegara-negara Eropa.
Dari apa yang terpapar diatas, sebagai keluarga tentunya kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi pada salah satu anggota keluarga lebih-lebih anak-anak kita. Oleh karenanya kontrol kita sebagai seorang pribadi dan orang tua sangatlah penting, tentunya tanpa harus mengekang mereka untuk menutup mata dari kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melainkan lebih memberikan pengertian tentang norma-norma yang hidup dilingkungan sosial masyarakat kita yang lebih pantas dan tentunya lebih baik secara umum untuk dilaksanakan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah keharmonisan suatu keluarga yang harus tetap terjaga sehingga tidak menganggu komunikasi antar keluarga.

DALANGKU






Namanya Karestu Pitutur Marpajainsi, Lahir di Surakarta 3 Juli 2007, sebagai amanat dari Alloh sedapat dan sebisa dari aku dan istriku seluruhnya dan iklas tercurahkan dari segala pengalamnan mengarungi dan melewati hari yang telah berjalan 34 tahun. 3 tahun berjalan, tanpa seharipun terlewati tanpa kebersamaan. dimulai dari mengajarinya untuk tersenyum, tertawa, tengkurap, merangkak, berjalan, bicara, mandi, gosok gigi, berpakaian, bersosialisasi, melihat sebagian kecil dari dunia bermain bersama melewati waktu bersama.
Lahir di solo, yang banyak orang mengatakan kota budaya dan memang kota yang kaya akan budaya. Ada keraton atau kerajaan di kota ini sebagai cermin bahwa kota ini penuh dengan tatanan kehidupan dalam banyak segi yang hidup di kota ini dan berlaku turun temurun yang tidak semua daerah memilikinya dan tentunya sebagai bagian yang berada di dalamnya boleh sedikit berbangga.
Kenapa wayang Kulit? sebenarnya tidak hanya wayang kulit yang coba kami kenalkan kepadanya. Selain suka dengan wayang kulit dia juga suka wayang orang yang tiap malam minggu selalu kami tonton di gedung wayang orang sriwedari. dan kesemuanya itu tidak pernah kami paksakan karena selain dari yang kami sebutkan pernah juga kami coba kenalkan seni ketoprak di taman Balai Kambang akan tetapi ternyata dia tidak menyukainya mungkin karena kostum yang dipakai tidak segemerlap wayang orang yang kurang menarik bagi anak-anak yang suka akan warna yang terang atau menyolok. kesemua itu bukan untuk menjadikannya sebagai pelaku seni, akan tetapi sebagai media untuk mengajarkannya tentang sifat-sifat manusia yang kesemuanya terwakili di dalam seni wayang kulit/orang. 
Media wayang saya pandang lebih mudah dan menarik bagi anak untuk mengajarkan/menanamkan prinsip hidup kepada anak sejak dini. Dari sifat-sifat yang baik dan sifat-sifat yang tidak baik secara umum. dan selama ini semua berjalan baik, kami lebih mudah mengontrol emosi anak seusia dia. dan banyak pelajaran yang dapat diajarkan kepada anak melalui seni wayang.
Untuk Karestu Pitutur Marpajainsi, kamu terlahir merdeka dengan segala hak-hak yang melekat pada diri kamu sejak nafas pertama kamu hirup dan hembuskan, kami hanyalah pemangku amanat, apa yang terucap dan terlihat hanyalah sebagai upaya agar pada saatnya kamu dapat hidup sebagai manusia seutuhnya yang beraklak dan berakal, yang selalu sadar akan perilaku dan pemikirannya, yang selalu dapat menempatkan diri dimanapun kaki kau injakkan. yang selalu peduli terhadap keyakinan, orang-orang disekitarmu dan lingkungan kehidupanmu. selama Yang Maha Kuasa masih mempercayai, kami akan selalu berada disampingmu. dan  baik tidaknya kamu adalah cerminan kami .....anakku-temanku iklsah kami menyayangimu...










Jumat, 05 November 2010

WISUDAKU

Kupersembahkan prestasi ini untuk orang-orang yang aku sayangi, tanpa motivasi dan support kalian semua ini tidak akan terwujud. ini adalah awal dari perjalanan, semoga setelah ini semua yang telah aku dalami selama dua tahun dapat bermanfaat dan mengubah apa yang ada dilingkunganku menjadi lebih baik, berguna untuk semua dan bermanfaat untuk semua, doaku untuk semua dan jangan berhenti mendoakan aku semoga apa yang aku dapatkan menjadi amalan yang baik.
Selamat tinggal Yogyakarta, selamat tinggal UGM terima kasih atas penghargaan yang telah engkau berikan dan amanat almamatermu yang kau genggamkan di kedua tangganku untuk kemajuan negeri tercinta Indonesia, dua tahun dirumahmu banyak hal baru yang aku dapat dan aku akan kembali untuk prestasi yang lain.